Ekonomi

Ekonomi Indonesia Lebih Baik dari Turki?,  Berikut Analisa BI 

JAKARTA-Bank Indonesia mengatakan ekonomi Indonesia pada saat ini cukup baik menghadapi perubahan dan gejolak pasar global. Bahkan, ekonomi Indonesia lebih baik dari Turki yang saat ini tengah goyang menghadapi tekanan pasar global. 

"Karena sumber pemicu pelemahan rupiah adalah aksi profit taking oleh investor asing dari pasar SBN, Bank Indonesia masuk ke pasar dengan membeli SBN dan terus bersiaga untuk memastikan terjaganya kepercayaan terhadap obligasi negara, sekaligus mencegah berlanjutnya pelemahan harga SBN yang dapat memicu melemahnya rupiah," demikian pernyataan Nanang Hendarsah, Sabtu, 30 Maret 2019.

Ia melanjutkan; "Bank Indonesia juga membuka lelang DNDF pukul 8.30 sampai pukul 8.45 dengan kurs Fixed Rate untuk menjangkar kurs NDF luar negeri yang seringkali memicu tekanan terhadap kurs spot di dalam negeri, yang dilanjutkan dengan operasi moneter dengan memasok likuiditas DNDF melalui delapan pialang pasar uang. Sementara operasi di pasar spot dilakukan secara terukur untuk mencegah pelemahan yang terlalu tajam (smoothing volatility)."

Selain itu, Nanang menekankan Bank Indonesia, dalam menjalankan kebijakan moneter, senantiasa memegang prinsip kehati-hatian (pruden), konsisten, disiplin, dan sesuai international best practices. 

Prinsip-prinsip seperti ini yang akan terus memperkuat kredibilitas kebijakan sehingga menjadikan Indonesia sebagai tempat yang lebih stabil untuk menempatkan dana bagi investor global

"Profil kinerja ekonomi terakhir juga perbedaannya sangat signifikan. Tingkat inflasi di Turkey saat ini mencapai 19%, sedangkan inflasi Indonesia dalam beberapa tahun ini terjaga stabil di sekitar 3%. Ekonomi Indonesia tetap tumbuh di sekitar 5%, sementara ekonomi Turkey hanya tumbuh 3,48%."

"Defisit neraca transaksi berjalan Indonesia hanya 2.9% (2018), sedangkan Turkey 5,0%. Suku bunga kebijakan bank sentral di Indonesia 6.0% (BI 7 days Reverse Repo), sementara Turki mencapai 24% (one week repo). Terakhir Credit Default Swap (CDS) Indonesia 104 bps, sedangkan Turkey sangat tinggi di 448 bps."

Nanag juga menjelaskan, lira mata uang Negara Turkey tengah mengalami tekanan yang cukup berat, dipicu oleh tidak berfungsinya pasar valuta asing di negara tersebut, serta melonjaknya suku bunga pinjaman overnight di pasar swap offshore hingga 1000%.

Akan tetapi, ia memastikan kondisi yang terjadi pada pasar keuangan Turkey tidak akan terjadi di Indonesia. Hal ini karena justru Bank Indonesia sedang mendorong pendalaman pasar valuta asing dan pasar uang, agar lebih likuid, efisien, dan sehat. 

Begitu juga dengan kenaikkan suku bunga seperti dialami Turki

"Tidak akan terjadi karena Bank Indonesia terus memastikan ketersediaan likuiditas rupiah di pasar uang dengan membuka lelang Term Repo dan Forex Swap yang dilakukan secara reguler tiga kali sepekan. Bahkan, jadwal lelang kedua instrument injeksi likuiditas tersebut sudah ada dalam enam bulan ke depan dan diumumkan melalui Website Bank Indonesia."

"Oleh karena itu, sejak pertengahan Februari 2019 suku bunga PUAB dan JIBOR terus bergerak turun, sementara premi swap 1 bulan di pasar antar bank turun ke 3.9 - 4.2%."(rdh/cnbc)
 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar